Lingkaran Sosial

Ada sebuah postingan di media sosial yang pengguna aktifnya tidak terlalu banyak. Yang dibahas entang seleksi masuk perguruan tinggi di salah satu negara yang dikatakan sulit. 

Dalam 30 tahun terakhir, negara tersebut mampu mengentaskan kemiskinan dan menjadikan maju negaranya melalui masyarakat yang cerdas dalam bidang pengetahuan. Waktu capaian itu lebih singkat dibanding dengan negara barat yang membutuhkan waktu 300 tahun lamanya.

Beberapa reply (balasan) membandingkan dengan kondisi di negeri ini. Tentu kalian bisa menebak, komentar-komentar negatiflah yang paling dominan. Namun, perilaku seperti ini tidak hanya terjadi pada platform ini saja. 

Ambil contoh saja beberapa postingan dengan nada negatif di grup-grup di media sosial facebook. Meskipun facebook sendiri saat ini tidak cocok disebut media sosial, lebih ke media hiburan, kurang lebih foundernya juga berkata begitu. 

Di grup facebook, biasanya biasanya dalam lingkup daerah, ada saja yang memposting dengan nada negatif. Tentang hal sehari hari hinggal hal yang sifatnya menyangkut banyak orang, contoh saja program pemerintah. Ya, tentu saja sebagai kontrol sosial juga perlu komentar-komentar, namun baiknya dengan nada membangun.

Lebih persempit, di ranah privat, whatsapp contohnya. Aku menyimpan banyak kontak. Lebih dadi 100 orang kadang yang melihat storyku. 

Dari 100 kontak itu ada yang dominan frequency membuat story. Glorifikasi, motivasi, lelucon, pesimis dan inferior serta banyak lagi jenis story lainnya. Tau yang paling banyak diantara itu? Glorifikasi dan pesimisme. 

Meskipun fikirku, kebanyakan orang banyak yang melewati (skip) dengan tap layar story yang dibuat. Namun ini hanya opini pribadi. 

Aku memulai mengurangi membuat story dengan nada negatif. Jika ada hal yang perlu diutarakan, paling tidak tulisan blog seperti ini menjadi pilihan. Bisa dibaca lagi di masa depan. Seperti kebanyakan orang juga sepertinya, aku membuat story untuk dilihat target, hahaha. 

Mungkin berbeda kontak beda juga cara orang mengekspresikan. Coba analisa sendiri, ada berapa yang posting pencapaian, video tiktok atau bahkan yang selalu memuat hal-hal negatif dalam unggahannya.

Sirkel

Belakangan ini aku menyadari, sirkel ternyata mempengaruhi caraku mengelola pikiran. Ceritanya begini, belakangan ini kan aku sering ngopi dan ketemu orang-orang yang main game, ada tiga warung kopi dengan kebanyakan perilaku customer yang sama.

Karena berada di tempat yang sama, tentu terdengar aktivitas yang dilakukan dengan suara yang tidak asing 'Welcome to mobile legend, Your team is picking, First blood, dsb'. Tidak hanya anak sekolah, kiraku seusiaku juga terjebak pada atmosfer yang sama.

Apa yang didapatkan? Dengan atmosfer yang sama, orientasinya tentu adalah naik peringkat dalam game,  rank bahasanya. Untungnya, untungnya banget, sepertinya aku sudah lepas dari hal semacam itu. Kadang kala saja, jika tidak melakukan apa-apa, aku main, namun mengesampingkan orientasi untuk naik rank. Tujuannya adalah bersenang-senang.

Pas sekali dengan video yang aku tonton hari ini dari Ferry Irwandi tentang IQ. Bagaimana cara meningkatkan potensi agar otak bisa bekerja dengan benar. Salah satunya dengan main game mobile legend contohnya. Namun ada beberapa catatan. Alih-alih orientasi dengan meningkatkan rank, jika kalah marah-marah, Ferry memberikan hal menarik untuk mengubah sudut pandang dalam permainan. Okelah jika ingin naik rank, namun kita coba ubah kebiasaan lama yang harus menang kalau kalah marah, coba untuk berfikir diluar logika, anti mainstream, karena memang ini kan juga game strategi. Itu yang aku tangkap dengan bahasaku. Bisa lihat sendiri videonya https://youtu.be/H-DeO-hnyTc?si=ZWUzlXwsGmIaOV1q

Lain lagi jika bertemu dengan orang yang berbicara tentang bisnis dan ide-ide usaha. Pikiranku juga terpacu, seakan menemukan sebuah hal yang hilang selama ini. 

Atau bertemu dengan orang yang punya visi misi unik, hal tersebut memberikan gambaran lain tentang cara berfirkir orang. Atau dengan orang yang bebas finansial, katakanlah pegawai pemerintah, mereka bisa tertawa lepas setelah bekerja. Atau dengan orang yang harus memenuhi kebutuhan, sehingga seakan tidak punya waktu untuk sekedar melamun.

Sirkel sepertinya mampu menentukan sikap. Bukan artinya tidak punya pendirian. Terkadang kita bosan dengan hal-hal yang tidak kita senangi, namun lingkaran yang ada hanya melakukan perilaku kurang produktif tersebut, akhirnya kita berpura-pura melebur dalam hal tersebut, menyesuaikan, sampai-sampai kita lupa kalau sedang 'berpura-pura'.

Konklusi (opini)

Suatu waktu jika menemukan satu sirkel dengan pola pikir yang menyenangkan, walau tidak harus sama, hal tersebut bisa memacu semangat untuk berkembang. Sayangnya atmosfer tersebut tidak selalu ada, mungkin hanya pada momen-momen tertentu. Jika kembali ke lingkungan, akan melakukan hal sama lagi.

Menghindari, paling tidak mengurangi berada dalam sirkel yang kurang produktif, pesimis dan sulit untuk berkembang. Meskipun tidak harus selalu meninggalkan atmosfer tersebut secara penuh. Kadang hal-hal receh dan tidak penting juga harus dibahasa tidak mungkin untuk serius terus kan.

Nah, aku belajar juga, belajar untuk tidak membahas hal-hal tidak terlalu penting untuk dibicarakan. Karena kita juga akan bertemu setiap hari juga kan, dik? 

Hal-hal menyenangkan juga tidak boleh ditinggalkan. Kadang serius kadang receh. Hidup kita harus menyenangkan nanti. Gitu ya, dik!

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url