Lelucon

Memperhatikan beberapa pegawai pemerintah sedang ngobrol di warung kopi. Salah seorang adalah temanku, jadi aku ikutan gabung dalam atmosfer mereka ketika itu.

Setahuku, mereka sudah menikah. Sepertinya baru pulang kerja di hari efektif, jam 16.00 wib. Kelihatanya juga ada dua atau tiga orang yang bukan pegawai pemerintah. 

Berbagai bahasan yang dilontarkan bukan tentang hal-hal yang serius, melainkan berbagai cerita lucu yang seringkali mengundang tawa. Aku tidak ikut bicara, hanya sebagai pendengar dan kadang jika ada lelucon yang aku tahu, aku ikut tertawa.

Penting juga sepertinya membuat lelucon agar tidak terlalu tegang. Mungkin itu cara pegawai negeri tertawa. Kerja sudah selesai, kemudian melepaskan penat dengan lelucon. Saat itu memang kebanyakan adalah aktivis dalam sebuah pergerakan mahasiswa dulunya.

Kegiatan orang-orang yang sudah bebas finansial, atau mungkin belum! Entahlah, aku hanya mengira-ngira saja. 

Semakin bebas rasanya semakin banyak hal yang bisa kutangkap dal dunia sosial. Memang ini duniaku kelihatannya, selalu banyak-banyak menemukan hal-hal baru. Entah diranah apa saja. Semoga selalu hal baik. Lelucon sepetinya juga baik. Bisa membahas hal-hal yang tidak penting menjadi cara bercanda. 

Namun lelucon yang dilontarkan orang-orang berpendidikan yang santai memang berbeda. 

Air berkumpul dengan air, minyak berkumpul dengan minyak. Setiap orang berkumpul dengan jenis dan wataknya. — Tan Malaka



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url