Bertemu
Kemarin kita bertemu di cafe tempat yang kamu sarankan melalui pesan singkat WhatsApp. Aku dari Tuban, Ziaroh kemudian mengunjungi temanku yang juga sudah lama tidak bertemu. Sekitar pukul 17.30 wib, aku bilang pada temanku, "mau balik dulu, ngopi lagi," kataku sambil tertawa.
Aku memang mau ngopi lagi, sebuah ungkapa untuk bertemu dengan seseorang. Kesempatan yang sudah aku tunggu sejak beberapa tahun lalu, namun baru hari itu kesampaian. Sebelum sholat maghrib di kecamatan sebelah, sebelum lokasi cafe yang dia miliki, aku kirim pesan padanya "Otw C, Da". Setelah selesai sholat lalu aku lanjutkan ke lokasi cafe itu berada.
Di Desa Punggulrejo, aku sampai sana namun cafe sedang tutup. Aku tunggu di kursi yang ada di depan cafe. Sebuah bangunan yang memang saat aku melaksanan program selama dua tahun, tiga tahun kebelakang dari tahun ini dari yayasan tempatku bekerja, sudah berdiri bangunan ini. Parkiran yang luas di depan. Cukup untuk sekitar enam mobil innova untuk parkir. Sebuah cafe sederhana, umumnya di pedesaan.
Setelah beberapa saat, tidak lama, dia datang. Mengendarai mobil putih. Kemudian di parkirnya di depan cafe. Dia membuka pintu mobil, keluar dan menyapaku. Aku memandangnya dan hanya tersenyum padanya dari kejauhan. Dia menyapa, lalu aku bertanya, "Dari mana, Da?"
Habis muter-muter katanya. Tak heran dia perempuan yang sibuk. Saat itu sejauh itu yang aku tahu.
Kita ngobrol beberapa waktu, sambil sepertinya dia menghubungi temannya yang biasanya mengelola tempat itu. Aku tahu tempat itu ternyata sewa, bisa diakatakan iuran beberapa orang. Nampaknya aku tau siapa yang mempunyai modal paling banyak.
Selang beberapa waktu, seorang lelaki datang, memanggil seseorang perempuan yang ngobrol denganku tersbut dengan sebutan mbak. Berarti lelaki tersebut lebih muda. Memang yang mengelola tempat itu adalah beberapa orang yang dulu bekerja di panwas (pengawas pemilu/pilkada) tingkat desa.
Pintu depan dibuka oleh laki-laki yang datang tadi. Kemudian perempuan ini mengajak aku masuk untuk mengambil tempat belakang. Halaman belakang memang digunakan untuk pelanggan yang datang. Kami menuju meja respsionis. Dia menawarkan padaku, "mau minum apa? kopi?"
"susu hangat ada nggak?" aku teringat Minke dalam buku karya PAT, Bumi manusia
"Sepertinya nggak ada"
"Apa mau ini," menunjuk minuman berenergi yang biasa disajikan dengan susu.
"Aku nggak pernah minum ini," kataku. Memang aku sudah tidak pernah lagi mengkonsumsi minuman berenergi, satu atau dua kali saja, tidak sering.
"Ya sudah, kopi saja," kataku. Padahal tadi juga sudah di suguhi kopi oleh temanku yang di Tuban kota.
Pikirku, apapun minuman yang disuguhkan, itu tidak menjadi masalah. Aku hanya ingin ngobrol dengannya saja, sudah cukup bagiku.
Kami ke ruang belakang. Dia menawarkan "Mau duduk dimana?"
"Sesuai rekomendasi," kataku. Kemudian kami duduk di sebuah bangku berbentuk letter U dengan meja bundar, semua terbuat dari cor beton. Aku mengamati halaman belakang tersebut. Aku bertanya padanya sambil menanyakan tempat seperti panggung yang ada diujung halaman belakang, "Live musiknya disana ya, Da?"
"Biasanya disana, kadang juga disini," jawabnya sambil menunjuk tempat yang juga ada semacam panggung tepat di depan kami duduk. Ada beberapa kursi dan meja, mungkin kurang dari sepuluh. Kemudian ada juga bangku panjang dengan meja kecil dari cor beton yang menggantung di dinding. Halaman yang lumayan luas untuk tempat nongkrong di pedesaan.
Oh ya, dia berkata tempat ini memang disewa, selama setahun mungkin. Karena kedepan dia punya rencana lagi untuk bisnis yang lain.
Kami ngobrol beberapa hal yang aku tahu tentangnya dari temanku. Aku ungkapkan padanya kalau katanya dia jago berdebat, makanya aku lebih memilih ngobrol saja.
Beberapa waktu kemudian, pesanan kami datang. Satu hal yang aku amati adalah, dia mengucapkan terimakasih pada orang yang membawakan pesanan kepada kami. Aku juga sering mengucapkan itu saat memesan minuman di beberapa tempat.
Hal tersebut istimewa bagiku. Tidak semua orang sepertinya mampu mengucapkan hal-hal kecil seperti itu.
Kita berbicara tentang beberapa hal yang aku ketahui secara umum begitupun dia juga aku beritahu tentangku secara umum. Aku memang tidak ingin menanyakan secara rinci hal-hal yang tidak aku tahu, pun begitu dengannya sepertinya.
Dhen, ini adalah perempuan yang ingin kamu temui sejak beberapa tahun lalu. Dia sekarang duduk disebelahmu. Apa lagi yang ingin kamu katakan? Sepertinya ada banyak yang ingin aku sampaikan dari A sampai Z, dari hal kecil hingga visi kedepan, dari kebiasaan hingga keinginan. Ah, namun aku masih bingung dan bertanya-tanya, apa yang ia pikirkan tentangku.
Beberapa kali aku melihat dia tersenyum, saat aku mengungkapkan hal-hal yang mungkin memantik perasaannya, entahlah. Dia juga memperhatikan tentang sesuatu yang sepertinya belum dia tahu dengan pasti. Aku tidak tahu apa yang dia rasakan saat itu. Yang aku lakukan hanya mengatakan sejujurnya yang aku bisa lakukan.
Oh, Tuhan, Aku benar-benar ingin hidup dengan perempuan yang ada disampingku tersebut. Bukan karena yang materi yang dia miliki, namun karena pribadinya. Jika Engkau mengizinkan, wahai Tuhanku, aku benar-benar ingin menikah dengannya. ****da.