Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rindu, Rancu dan Ingin

Sudah lama aku tidak mendapati sepi jalanan kota yang seperti tadi. Sepanjang lajur yang tidak ramai seperti siang hari. Bahkan hanya satu dua kendaraan saja yang berhenti pada lampu merah. Warung kopi pun sudah banyak yang tutup. Hanya beberapa warkop dan penjual nasi depan ruko, beberapa di pinggir trotoar serta warung nasi kucing H. Sukidjan saja yang masih ada aktivitas manusia.

Bojonegoro malam ini benar-benar lengang. Jarang sekali aku mendapati suasana yang nyaman seperti itu. Jalanan dimana hanya ada satu atau dua motor yang sedang melintas dengan variasi mobil yang kadang-kadang. Dulu sering sekali aku keluyuran malam hari saat masih menjadi mahasiswa strata satu. Bagi aktivis sepertiku rasanya pantang untuk pulang. Walaupun saat ini malah sering pulang pergi karena sudah domisioner. Memang anggota yang tidak punya posisi strategis dan pamor yang tinggi, terkadang pekerjaannya ya seperti ini dan itu.

Setengah dua belas malam aku sampai rumah. Kudapati bapak yang masih nonton tv. Memang biasanya dia menunggu sampai rumah. Pernah juga sampai jam satu hingga tertidur di kursi demi menunggu anaknya pulang. Ibuku sering bercerita begitu. Malam ini ibu ku sudah tertidur saat aku sampai rumah. 

Seperti biasa aku langsung ke belakang untuk menaruh pakaian atau masker yang aku pakai ke bak cucian. Kemudian aku membuka lemari lauk dan melihat, apa teman makan nasi malam ini. Ternyata ada tahu crispy yang sudah lembek teksturnya. Kurasa ibuku membuatnya sore tadi. Memang biasanya kalau hujan ibu membuat olahan jajan tahu crispy atau tempe goreng dengan tepung. Aku memang senang dengan olahan tahu seperti ini.

Mungkin saja dia kecewa karena anaknya pulang larut malam ini. Bahkan aku tak pernah tahu perasaan orang tua itu seperti apa. Anak yang mereka sekolahkan hingga sarjana ini belum mampu memberikan kesuksesan berupa gaji yang tinggi. Sedangkan beberapa teman seangkatan sudah mempunyai gaji bulanan, bisa sampai diatas 4 juta. Sedangkan upahku masih di angka ratusan ribu.

Aku ingin bilang bahwa aku sedang belajar. Belajar dari organisasi yang aku tempati dan pengalaman. Dari orang-orang yang aku temui. Dengan berbagai sikap yang aku dapati. Juga dari kata para bijak yang menjadi motivasi.

Aku sudah memutuskan berbulan-bulan lalu bahwa orangtuaku adalah prioritas. Mungkin aku tidak bisa sukses dengan gaji 4 jutaan pada tahun 2021 ini. Namun aku akan tetap mendapatkan uang, iya aku akan mendapatkan uang. Juga tak lupa dengan pendidikan, pengalaman, pengetahuan. Bukan berarti aku mengukur kebahagiaan dengan materi, dimana materi hanya salah satu ingin dari banyak sekali keinginan.
Aku berusaha, dan sedang berusaha.
-
Jumat, 29 Januari 2021
-
Hari ini aku benci blankon Linux (hanya blank on Linux) karena telah menghilangkan file temanku. Aku juga benci windows.

Posting Komentar untuk "Rindu, Rancu dan Ingin"