Main Game Malah Bikin Stres: 2
Jadi menurutku media sosial biasa jadi salah satu pengaruh dalam bermain game. Terlebih game di ponsel genggam yang menyajikan unsur kompetitif.
Namun pendapat ini juga tidak bisa langsung dibenarkan, karena ini hanya sekedar pengamatan dan pengalaman pribadi.
Saluran youtube misalnya, memang tidak semua rekaman atau live permainan menyajikan konten dengan alur permainan yang serius. Tapi memang demand memenangkan pertandingan adalah salah satu konten yang banyak diminati.
Ada beberapa channel yang menyuguhkan konten yang menghibur. Alih-alih agar selalu menang, para pemain dalam rekaman gim ini justru memberikan pengalaman bermain yang membuat tawa. Sehingga sebenarnya kita bisa memilih untuk bermian serius tapi kalau kalah jadi stres, atau bermian untuk sebagaimana gim dibutuhkan, yaitu hiburan.
Sosial
Beberpa waktu yang lalu aku ngobrol dengan dua orang temanku. Aku beropini bahwa atmosfer pertemanan akan membawa kita sesuai dengan perilaku dari mayoritas.Misalnya jika lingkungan kita bermain gim online, bisa jadi kita juga perlu belajar hal serupa agar ada komunikasi saat berbicara.
Misalnya dalam dunia perkopian (sebuat saja begitu), umumnya pembeli kopi datang untuk bermain game, membuka tiktok instagram atau media sosial sejenisnya. Kebanyakan perilaku pengunjung atau kita sebut saja pelanggan warkop saat ini kebanyakan seperti itu.
Beberapa memang masih ada yang melontarkan obrolan dengan teman ngopi mereka, kemudian ada juga yang bermain gitar. Menurutku dua hal ini adalah langka untuk kebiasaan yang bisa ditemui di warung kopi saat ini.
Walaupun mungkin saja, ngopi adalah moment untuk melepas penat dari jenuhnya aktivitas yang telah dilalui, sehingga sambil bermain gim merupakan sebuah reward sambil menikmati waktu rehat. Setuju kalau gim untuk bersenang-senang.
Namun, keadaan saat ini diwarung kopi tidak begitu. Kata umpatan, perilaku stres karena kalah (opini hasil pengamatan penulis saat melihat perilaku pemain) serta ketidakpuasan pemain dalam permainan gim pernah aku jumpai tidak hanya sekali.
Sehingga gim yang seharusnya menjadi kebutuhan tersier karena masuk dalam kategori hiburan, sekarang mungkin bisa dikategorikan sebagai kebutuhan primer. Meskipun tidak semua orang seperti itu. Misalnya di warung kopi yang dulu hampir setiap hari aku kesana (dan juga main gim tentunya), penjual kopi yang juga temanku tidak memainkan gim di handphonenya. Dulu pernah katanya, tapi sekarang sudah dihapus.
Dari atmosfer warung kopi dengan mayoritas adalah pemain gim yang kebanyaan unsur gim kompetitif, kegiatan komunikasi yang sebelumnya terjadi di warung kopi sudah berganti (kebanyakan warung kopi). Sehingga jika kamu tidak bermian gim saat berada di warkop dengan pemain gim, kamu akan merasa berbeda (yang aku rasakan). Sehingga karena atmosfer tersebut, akhirnya juga terpengaruh untuk memasang gim pada ponsel genggam milikku. (seingatku begitu).
Yang kurang aku paham adalah perilaku perempuan ketika ngopi, apakah juga bermain game atau tidak? Jika mau berbagi artikel, bisa tulis di komentar ya. Bisa juga kirim artikel ke email natha9@duck.com.