Pendidikan

Pendidikan menjadi pembahasan dalam ruang diskusi lintas anggota organisasi di sebuah warung kopi tepi sawah Desa Sawahan, Rengel, Tuban.

Tak sengaja, aku habis membeli beberapa buah pear, lalu ingin singgah di warung kopi tempat aku biasa mengerjakan daily report dulu saat masih bekerja.

Dengan menenteng tas berisi laptop aku masuk ke warkop dan melihat para pengunjung. Aku memesan secangkir kopi, lalu menyapa orang yang biasa aku kenal sehari-hari di warkop depan kecamatan. Aku ditawari duduk dan ikit terlibat dalam diskusi.

Mulai dari ranah politik. Ritme dan pola yang dilalukan para aktor untuk melalukan aksinya. Analisa dan bukti masuk dalam diskusi. Bukan ranahku, sehingga aku hanya menyimak dan menikmati.

Sesekali aku melihat grup asosiasi kdmp yang anggotanya sedang bingung terkait regulasi dan permodalan. Tak sering mihat handphone, karena atmosfer diskusi rasanya menarik diikuti.

Pembahasan seingatku beralih ke regulasi, program dan penerima manfaat dari kebijakan. Diurut kebawah hingga sampai ke pendidikan.

Mengenai pendidikan

Sesuai dengan yang aku pikirkan, memang pendidikan formal di sekolah terkadang tidak mendidik murid untuk berbuat salah. Menurut pandanganku.

Dampaknya, jika saja ada satu kali siswa yang tidak naik kelas, maka dia gagal dan berpengaruh ke masa depannya.

Menurutku hal semacam itu wajar dahulu. Pendidikan itu berbayar, jika satu kali tidak naik kelas maka tentu orang tua akan menambah biaya.

Dalam atmosfer diskusi juga ada hal menarik yang bisa aku tulis disini.

Peran orang tua juga berperan dalam pola pikir anak terhadap belajarnya. Misalnya, selain mengikuti trend, tanpa melarang trend (yang tidak negatif), orang tua juga mempunyai pandangan atau indikator agar anak juga punya nilai. 

Misalnya dalam mengerjakan tugas, teknologi mempermudah, namun cara berfikir anak untuk menyelesaikan tugas juga perlu dilakukan tanpa harus menggantungkan diri dengan cara instan jawaban dadi teknologi.

Kemudian mengenali karakter anak juga perlu diamati. Jika anak hobby dengan seni apakah harus masuk fakultas matematika saat kuliah?

Bisa, namu bakat seni kenapa tidak dimaksimalkan?

Hal-hal menarik semacam ini. Manusia yang berfikir, berbicara kemudian memberi feedback dalam diksusi, belakangan hanya aku temukan dalam balutan atmosfer warung kopi.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url