Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketergantungan Teknologi

Pernahkan kamu baca tulisan yang beredar di WhatsApp atau media sosial lainnya terkait pembicaraan antara orang yang lebih tua bertanya pada anak muda tentang WA (WhatsApp). Begini tulisan tersebut dengan judul Putu Cerdas:

whatsapp by pixabay


● Simbah : "Le, aku kok bendino krungu wong2 do omong WA....
- Tangi turu... WA
- Karo kerja.... WA
- Arep mangan.... WA
- Karo nyopir..... WA
- Karo rapat.... WA
- Arep sholat... WA
- Bar sholat... WA
- Arep turu... WA
Jane , WA ki opo to Le " ???
● Putu : "WA niku singkatan Waosan Alqur'an mbah"
● Simbah : "O....yo.....yoh apik yo, Alhamdulillah bocah saiki sholeh sholeh tenan yoo, aku mung iso WA bar maghrib nganti isya Le..,
lak iso kowe yo tambahono le anggonmu WA-an tengah wengi.......
● NGGIIH MBAAH ....

Cerita lucu ya. Untuk selingan di kala penat, gak usah dibawa serius namanya juga lelucon.

Tapi terkait ketergantungan teknologi, seperti judul di postingan ini, rasanya tidak bisa ditelan mentah-mentah.

Mengaitkan teknologi, tidak selalu dengan barang-barang modern dan canggih. Kita ambil saja contoh teknologi yang sering aku jumpai. Aku lho ya, bukan kita hohoho.

Mulai dari sepeda motor, laptop dan handphone. Bisa dikatakan mayoritas penduduk Indonesia ini punya sepeda motor sebagai moda transportasinya. Dulu motor dianggap barang mewah karena hanya orang kaya yang mampu membelinya. Sekarang pekerja atau buruh bisa memiliki dua motor di rumahnya. Maksud dari buruh ini juga tidak bisa dikatakan semua buruh lho ya. Sehingga motor saat ini sudah menjadi hal yang umum dimiliki banyak orang.

Kemudian Laptop. Aku yang bekerja di LSM (lembaga Swadaya Masyarakat) mendapati setiap hari semua orang menggunakan laptop untuk bekerja. Terkadang ke kantor pemkab (pemerintah kabupaten) semua juga serba terkomputasi. Sekali lagi, ini adalah hal yang biasa aku temui lho ya, bukan kita temui. Karena bisa saja berbeda.

Selanjutnya handphone, sebuah alat komunikasi yang masif sekali dimiliki tiap orang saat ini. Dulunya digunakan sebagai media komunikasi jarak jauh untuk bicara (telfon) dan mengirimkan pesan singkat dalam bentuk teks, "SMS" (short message service).

Sekarang handphone sudah lebih dari itu fungsinya. Sejak bisa digunakan internetan, kemampuan handphone juga lebih luas. Begitu yang aku rasakan dulu.
Dari fungsi dasarnya sebagai alat untuk telfon dan sms, handphone juga bisa digunakan untuk mengunduh dan mencari informasi via WWW (World Wide Web).

Dulu banyak orang memakai handphone feature phone (java). Lalu symbian, kemudian ada lagi BlackBerry yang booming dengan "BlackBerry Messenger" (BBM) dan dikalahkan dengan Android yang populer hingga saat ini.

Bagaimana dengan palm, atau ios?
Di desa, aku jarang menemui dua handphone dengan sistem operasi tersebut.

Kembali lagi ke Android yang menjadi OS populer saat ini. Oh ya, yang belum tahu, Android adalah sebuah "mobile operating system" (sebuah sistim operasi yang digunakan pada handphone). Banyak sekali digunakan saat ini oleh berbagai macam merk handphone. Bila meniru tagline iklan sebelah, "Apapun merknya, android OS nya". 

Layar handphone, chipset, Ram, storage dan desain menjadi tolok ukur untuk membeli handphone. Semakin besa ram, semakin kencang chipset dan desain yang elegan akan semakin diminati banyak orang. Tidak seperti dulu, semakin kecil maka semakin unik. Kalau sekarang ukuran layar yang besar maka semakin berkelas juga (menyesuaikan genggaman tangan menurutku yang paling enak).

Kalau nggak salah, kelas handphone inipun dibagi menjadi beberapa segmen. Dari mulai " entry level" untuk handphone yang spesifikasinya pas-pasan. "Mid Range" yang biasanya dipakai anak muda dan millenial yang konsumtif, serta yang satunya adalah "High end" yang dipakai oleh para bos dan eksekutif sukses dalam perekonomian.

Kalau aku sih "Masa Bodoh" mau pakai android yang kelas apapun juga. Tapi jika ditanya apakah pengen punya handphone android high end? Ya jelas pengen hohoho.

Namanya orang kedonyan pasti pengen donk. Aku yakin kamu juga begitu. Xixixi. 

Namun kembali lagi ke fungsinya. Apakah aku dan kamu (cieee kita) butuh itu atau tidak. Punya handphone dengan spesifikasi bagus dan daya serta gaya konsumtif tinggi, tentunya juga harus dibarengi dengan pendapatan yang berimbang. Menginstall banyak aplikasi shopping, lalu belanja lewat online shop. Main game dan top up voucher serta kegiatan hedon lainnya.

Kalau saya sih bodo amat. Namun jika circlemu adalah para pengguna handphone dengan spesifikasi tinggi ya siap-siap kemecer. Lalu pengen beli yang lebih dan lebih. Namun lama-kelamaan akan berfikir juga, kalau fungsi harusnya sesuai kebutuhan. Jika model entry level dapat memenuhi, mengapa tidak pakai itu saja?
meskipun kita selalu ingin upgrade. Namanya juga manusia.

1 komentar untuk "Ketergantungan Teknologi"